Selasa, 17 Februari 2015

Batik Cirebon - 3 Faktor Selamatkan Batik Tradisional dari Kejatuhan

Batik Cirebon - Munculnya batik printing atau batik pabrikan, memukul industri batik tradisional dengan cukup telak. Beruntung, tiga faktor ini, yaitu tindakan UNESCO yang menjadikan batik sebagai warisan dunia bukan benda, serta kebijakan pemerintah mewajibkan PNS berbatik setiap jumat dan kebijakan sekolah mewajibkan siswanya berbatik tiap pekan, membuat industri batik tradisional tetap berkibar.
"Sangat terasa akibat dari adanya batik industri (batik printing), karena selain harganya lebih murah, motifnya juga beragam, tak kalah dengan batik tradisional. Bahkan ada yang motifnya modern dan temporer, sehingga disukai kalangan generasi muda," jelas pengusaha batik tradisional Hani Winotosastro saat ditemui wartawan di home industrinya di Jl Tirtodipuran 54, Yogyakarta, Rabu (17/02/2015).
Menurut data, kain batik dari bahan mori dengan ukuran panjang 2,5 meter berharga antara Rp1-2 juta/lembar. Sementara yang terbuat dari sutra bisa mencapai Rp5 juta lebih/lembar, tergantung motif dan warna yang dipakai untuk memperindah motif tersebut.
Batik Cirebon - Batik kombinasi yang merupakan perpaduan antara batik cetak dan tulis, minimal berharga Rp125 ribu/lembar dengan ukuran 2,5 meter, tergantung jumlah warna pada motifnya.
Batik cetak minimal Rp100 ribu/lembar dengan ukuran 2,5 meter, tergantung motif, warna dan jenis kain yang digunakan. Harga batik industri (printing) bervariasi, namun kebanyakan dijual dengan harga di bawah Rp50 ribu/meter.
"Perbedaan harga ini membuat banyak masyarakat yang beralih ke batik industri," jelas Hani lagi.
Batik Cirebon - Ia mengaku bersyukur karena tindakan UNESCO menjadikan batik sebagai warisan dunia bukan benda, membuat citra dan gengsi batik tradisional terangkat, sehingga banyak kalangan yang kembali melirik batik tulis, cetak atau kombinasi.
"Kebijakan pemerintah mewajibkan PNS berbatik tiap Jumat, juga kebijakan soal batik di sekolah, juga membuat kami tetap bisa tetap eksis. Kami bahkan pernah terima order besar-besaran untuk membuatkan seragam batik anak sekolah," imbuhnya.
Putri pendiri GKBI (Gabungan Koperasi Batik Seluruh Indonesia) ini berharap masyarakat tetap mencintai batik tradisional karena ini warisan nenek moyang yang bahkan telah diakui di tingkat. ( Batik Cirebon )

0 comments:

Posting Komentar